Memang dalam beberapa tahun terakhir jumlah penderita sakit maag makin bertambah. Berdasarkan penelitian Brains & Co. dengan PT Kalbe Farma, Tbk, 5 dari 10 orang atau 1 dari 2 pekerja dan profesional di kota besar berpotensi terkena maag.
Tuntutan pekerjaan tinggi, lalu lintas padat, jarak tempuh yang jauh dari rumah ke kantor, persaingan kerja dan sebagainya membuat para profesional melalaikan kesehatan perut dan lambung.
Hal tersebut sering diasosiasikan dengan sering telat makan, pilihan makanan yang kurang sehat (cepat saji, tidak bervariasi, kurang nutrisi, serta kandungan lemak tinggi), ditambah stres di tempat kerja.
Tak heran Dr.Eliana Taufik, Sp.PD dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran dalam seminar mengenai maag mengaitkan penyakit ini dengan lifestyle alias gaya hidup. Jika melihat kondisi tadi, memang problem lambung ini sudah menjadi bagian gaya hidup para pekerja dan profesional.
Secara medis, sakit maag atau gastritis didefinisikan sebagai kumpulan gejala (sindrom) rasa sakit atau rasa tidak nyaman di ulu hati, saluran cerna bagian atas dan organ sekitar. Gejala yang menyertai antara lain rasa mual, kembung, cepat kenyang, kurang nafsu makan, bahkan hingga muntah dan diare.
Penyakit maag bisa dikelompokkan menjadi dua:
1. Sakit maag fungsional, yaitu sakit maag yang jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan diteropong saluran cerna bagian atas (endoskopi) tidak didapati kelainan secara anatomis.
2. Sakit maag organik, yang jika diperiksa dengan endoskopi akan didapatkan kelainan secara anatomi. Misalnya luka pada lambung dan usus dua belas jari, polip pada kerongkongan dan lambung serta kanker pada organ pencernaan tersebut.
Penyebab dan faktor pencetus timbulnya serangan ulang gastritis sendiri adalah gaya hidup tidak sehat seperti tidak sempat sarapan, terlambat makan, mengonsumsi kopi sebagai pengganti sarapan, makanan pemicu asam lambung (pedas, santan, asam), minuman beralkohol, minuman bersoda, rokok, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan infeksi kuman helicobacter pillory. Namun, penyebab terakhir ini hanya terjadi pada 10 persen saja.
Yang menarik, penderita sakit maag fungsional justru akan sembuh dan membaik dengan berpuasa. Hal ini disebabkan pola makan menjadi lebih teratur saat berpuasa. Konsumsi makanan yang mengandung gas pun berkurang.
Selain itu, saat berpuasa, saluran pencernaan beserta enzim dan hormon yang biasanya terus menerus bekerja mencerna makanan selama kurang lebih 18 jam juga bisa beristirahat selama 14 jam.
Sementara pada penderita sakit maag organik, tetap dibutuhkan obat antiasam untuk membantu menekan produksi asam lambung selama 12-14 jam. Namun, obat ini hanya bisa didapat dengan resep dokter. Obat maag yang dijual bebas hanyalan penetral asam yang hanya mampu menetralkan asam selama sekitar 6 jam.
Tuntutan pekerjaan tinggi, lalu lintas padat, jarak tempuh yang jauh dari rumah ke kantor, persaingan kerja dan sebagainya membuat para profesional melalaikan kesehatan perut dan lambung.
Hal tersebut sering diasosiasikan dengan sering telat makan, pilihan makanan yang kurang sehat (cepat saji, tidak bervariasi, kurang nutrisi, serta kandungan lemak tinggi), ditambah stres di tempat kerja.
Tak heran Dr.Eliana Taufik, Sp.PD dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran dalam seminar mengenai maag mengaitkan penyakit ini dengan lifestyle alias gaya hidup. Jika melihat kondisi tadi, memang problem lambung ini sudah menjadi bagian gaya hidup para pekerja dan profesional.
Secara medis, sakit maag atau gastritis didefinisikan sebagai kumpulan gejala (sindrom) rasa sakit atau rasa tidak nyaman di ulu hati, saluran cerna bagian atas dan organ sekitar. Gejala yang menyertai antara lain rasa mual, kembung, cepat kenyang, kurang nafsu makan, bahkan hingga muntah dan diare.
Penyakit maag bisa dikelompokkan menjadi dua:
1. Sakit maag fungsional, yaitu sakit maag yang jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan diteropong saluran cerna bagian atas (endoskopi) tidak didapati kelainan secara anatomis.
2. Sakit maag organik, yang jika diperiksa dengan endoskopi akan didapatkan kelainan secara anatomi. Misalnya luka pada lambung dan usus dua belas jari, polip pada kerongkongan dan lambung serta kanker pada organ pencernaan tersebut.
Penyebab dan faktor pencetus timbulnya serangan ulang gastritis sendiri adalah gaya hidup tidak sehat seperti tidak sempat sarapan, terlambat makan, mengonsumsi kopi sebagai pengganti sarapan, makanan pemicu asam lambung (pedas, santan, asam), minuman beralkohol, minuman bersoda, rokok, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan infeksi kuman helicobacter pillory. Namun, penyebab terakhir ini hanya terjadi pada 10 persen saja.
Yang menarik, penderita sakit maag fungsional justru akan sembuh dan membaik dengan berpuasa. Hal ini disebabkan pola makan menjadi lebih teratur saat berpuasa. Konsumsi makanan yang mengandung gas pun berkurang.
Selain itu, saat berpuasa, saluran pencernaan beserta enzim dan hormon yang biasanya terus menerus bekerja mencerna makanan selama kurang lebih 18 jam juga bisa beristirahat selama 14 jam.
Sementara pada penderita sakit maag organik, tetap dibutuhkan obat antiasam untuk membantu menekan produksi asam lambung selama 12-14 jam. Namun, obat ini hanya bisa didapat dengan resep dokter. Obat maag yang dijual bebas hanyalan penetral asam yang hanya mampu menetralkan asam selama sekitar 6 jam.
No comments:
Post a Comment