Salam Perspektif Baru,
Kita tentu mengetahui tentang penyakit asam lambung, masyarakat awam sering menyebutnya sakit maag. Kali ini kita akan berbincang mengenai topik ini karena sangat dekat dengan kehidupan keseharian. Kita akan membicarakannya dengan dr. Ari Fahrial Syam, ahli penyakit dalam serta konsultan penyakit lambung dan pencernaan. Dia bertugas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Menurut Ari Fahrial Syam, sakit maag tidak memandang status sosial, siapapun dia dan apapun jabatannya bisa mengalami sakit maag. Memang penyakit maag "tidak membahayakan" untuk jiwanya, tapi akan menyebabkan aktifitasnya sehari-hari terganggu. Apalagi hasil penelitian di Jakarta menunjukkan penderita maag pada kelompok umur yang produktif, pada posisi yang memang mencari nafkah baik untuk dirinya maupun keluarganya. Ibu rumah tangga yang bertugas mengelola keuangan keluarga termasuk juga dalam kelompok yang cukup tinggi terkena sakit maag. Artinya, mereka yang produktif, masih aktif melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari.
Menurut Ari, salah satu penyelesaian mengatasi sakit maag adalah dengan mengatur pola makan, menjaga tingkat stres, dan memperhatikan konten makanan. Juga jangan mengkonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan secara sembarangan karena hal itu yang menyebabkan usus luka sehingga bisa terjadi pendarahan.
Berikut wawancara Jaleswari Pramodhawardani dengan Ari Fahrial Syam.
Apa sebetulnya penyakit asam lambung ini yang biasa kita sebut sakit maag, bagaimana hasil penelitian Anda di Jakarta mengenai penderita penyakit tersebut?
Kita pernah melakukan suatu penelitian di lima wilayah kota di Jakarta. Waktu itu hasilnya mengejutkan yaitu sekitar 50% dari sampel penelitian mengalami sakit maag. Pada kesempatan ini, saya sampaikan dahulu mengenai orang yang sakit lambung secara medis. Biasanya, orang yang mengalami permasalahan pada lambung merasakan tidak nyaman seperti nyeri/sakit di sekitar ulu hati, bagian perut tengah sebelah atas. Ini yang pertama-tama mesti kita samakan dahulu persepsinya. Bila ada orang mengatakan nyeri/sakit di seputar pusar maka itu bukan sakit maag.
Gejala lain yang muncul adalah pasien yang merasakan nyeri di ulu hati tersebut juga disertai mual dan muntah, perut terasa kembung, cepat kenyang, begah/perut penuh, beberapa diantaranya sering sendawa. Kalau ada nyeri ulu hati disertai dengan gejala tambahan itu, maka bisa dikatakan memang dia mempunyai permasalahan lambung atau maag.
Apakah benar asam lambung bisa dikatakan maag?
Saya jelaskan sedikit, ada keseimbangan di dalam lambung kita. Ada faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif diantaranya asam lambung tersebut. Di poin yang lain adalah defensif, pertahanan pada dinding dalam lambung kita. Jadi kalau ada gangguan ketidak-seimbangan, misalnya asam lambung berlebihan atau faktor agresifnya lebih banyak, maka akan menyebabkan gangguan tersebut. Di sisi lain, bila ada hal-hal yang menyebabkan dinding lambung menjadi tipis, misalnya karena obat-obatan, maka keseimbangan tersebut menjadi terganggu sehingga itu juga akan menyebabkan keluhan. Betul juga, misalnya, asam lambung saya berlebihan sehingga maag saya menjadi kambuh.
Bukan berarti peningkatan asam lambung adalah sakit maag, betulkah?
Asam lambung yang meningkat bukan satu-satunya penyebab.
Apa kira-kira yang menyebabkan asam lambung meningkat?
Kalau kita bicara soal penyakit lambung maka pengelompokkannya ada dua. Satu, penyakit lambung fungsional dan organik. Ini setelah kita lakukan endoscopy (peneropongan). Yang fungsional adalah saat kita tidak menemukan kelainan saat melakukan endoscopy. Ini penyebabnya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur atau tidak konsisten. Boleh dikatakan kita tidak konsisten memberikan makanan pada lambung kita. Misalnya, pagi hari kita tidak terlambat makan sehingga bisa sarapan pukul 07.00. Kemudian tepat pukul 12.00 kita bisa istirahat untuk makan siang. Kita pulang tepat waktu sehingga bisa makan malam tepat pukul 19.00. Besoknya, karena kita bangun terlambat maka kita tidak makan pagi. Lalu, kita baru isi dengan makan pukul 11.00. Akibat terlalu sibuk dan jalanan macet, kita sampai di rumah sudah malam sekitar pukul 24.00 dan perut kita kosong. Ini yang kita katakan tidak konsisten menjaga lambung kita untuk tetap terisi. Ketidak-teraturan ini yang menyebabkan permasalahan di lambung kita. Kemudian juga faktor stres. Ini penyebabnya banyak, bisa karena kurang istirahat, kurang tidur, pekerjaan, kondisi di jalanan, atau masalah keluarga. Faktor stres bisa menyebabkan gangguan bagi orang yang menderita sakit maag tadi.
Tadi ada hal yang menarik, dokter mengatakan sebetulnya pola makan kita yang tidak teratur menjadi salah satu penyebab penyakit maag. Apakah ini lebih kepada pola makan yang teratur seperti makan pagi, siang, dan malam atau lebih kepada konsistensi waktu tadi?
Yang saya sebutkan tadi sebenarnya kita harus menyamakan dulu mengenai definisi makan. Jadi makan itu tidak semata-mata kita makan yang besar dan segala macamnya. Artinya, kita mengisi perut pun bagian dari proses makan sebenarnya. Jadi kalau pada pagi hari perut kita kosong sama sekali tentu itu akan menjadi masalah, baik itu terkait untuk energi kita dan segala macamnya. Namun kalau pada pagi hari karena sesuatu hal seharusnya kita makan sepiring nasi tapi karena terburu-buru kita makan hanya kue saja maka itu tidak masalah karena bagian dari makan juga. Jadi yang penting adalah sebaiknya lambung sudah diisi kembali sebelum enam jam. Jadi kalau pada pagi hari kosong sama sekali dan baru diisi pukul 12.00 maka terlalu panjang waktu bagi perut kita kosong.
Ada yang mengatakan untuk penderita sakit maag maka lambung kita harus terisi walau sedikit-sedikit. Jadi diantara waktu makan, misalkan dari pagi ke siang, kita harus ngemil atau makan apa saja agar perut selalu terisi. Pokoknya jangan kosong. Betulkah?
Memang ada istilah yang kita sebut small and frequent, artinya boleh makan sedikit-sedikit tapi sering. Itu bisa begitu tapi yang terpenting adalah konten dari makanan itu. Artinya, kalau kita salah memilih malah menjadi masalah. Misalnya, kita makan makanan yang mengandung coklat, keju dan yang berlemak-lemak maka itu justru akan menyebabkan gangguan pada lambung kita. Artinya, kalau kita sudah tepat mengisi lambung kita tapi kontennya kurang tepat akan menjadi masalah juga. Jadi hindari cemilan-cemilan yang mengandung coklat, keju dan yang berlemak. Itu karena makanan tersebut menyebabkan pengosongan lambung kita menjadi lambat. Kalau pengosongan lambung kita menjadi lambat maka kontak antara asam lambung dan dinding dalam lambung kita juga akan menjadi lebih lama. Nah itu yang penting.
Tadi Anda menyatakan hasil survey ternyata hampir 50% mengidap penyakit maag. Apakah penyakit ini bisa disembuhkan atau tidak?
Kembali lagi ke pernyataan awal yang saya sampaikan tadi bahwa 70% pasien yang punya penyakit maag sebenarnya fungsional. Artinya, hal itu dicetuskan oleh permasalahan-permasalahan tadi. Jadi kalau dia makannya teratur kemudian faktor stresnya bisa dikendalikan dan juga pandai memilih konten makananya, mudah-mudahan maag dia bisa terkontrol. Namun memang susah untuk menghindari sakit maag kalau kita hidup di Jakarta atau di kota besar lainnya. Pada umumnya kita terpapar oleh kondisi stres baik dari pekerjaan, jalanan dan lain-lain.
Sementara 30% lagi kalau kita endoscopy memang kita menemukan kelainan. Itu bisa karena tukak, suatu bagian dari usus yang menggunung yang orang bilang seperti sariawan di mulut. Itu bisa juga kita menemukan polip, atau menemukan tumor. Nah kalau tukak ini karena kuman kemudian kumannya bisa kita obati maka akan sembuh total. Begitu juga dengan polip tadi, jika polipnya kita angkat maka selesai permasalahannya. Kalau kanker tentunya dioperasi. Jadi pada kelompok-kelompok yang organik tadi, kalau memang penyebabnya kita ketahui kemudian penyebabnya bisa kita atasi maka dia akan sembuh total. Justru yang akan susah dikendalikan adalah kelompok fungsional karena berhubungan dengan ketidak-teraturan makan, berhubungan dengan macam-macam makanan yang dikonsumsi, dan berhubungan dengan faktor stres.
Apakah yang 70% tadi merupakan orang bandel atau suka mengabaikan faktor tadi?
Nah itu dia, pasien-pasien tersebut hampir tidak bisa menghindari kondisi tersebut.
Bagaimana dampaknya dalam jangka panjang saat penyakit maag hanya disikapi dengan hanya menelan obat-obat yang beredar bebas di toko-toko?
Yang terpenting adalah harus dipastikan dulu dia termasuk kelompok mana. Kalau memang dia sudah lama sakit maag dan bolak-balik beli obat di toko hampir setiap hari, maka harus dipastikan dulu dia termasuk kelompok mana. Kelompok yang fungsional atau organik. Kalau kelompok yang fungsional, tentu kita diskusikan mengenai permasalahan-permasalahanya yang bisa dia hindari atau kecilkan. Itu yang terpenting sebenarnya.
Bagaimana dengan obat untuk yang 70% tadi atau fungsional agar di dalam dirinya ada kesadaran untuk mendeteksi, seperti kapan harus ke dokter, kapan harus ada tindakan endoscopy dan sebagainya?
Yang jelas kalau sakit maag sudah berlarut-larut maka harus ke dokter dan dokter yang akan menilainya. Ada yang kita sebut terapi empirik, yaitu dokter akan mengobati untuk sekian waktu seperti pengobatan selama dua sampai empat minggu. Jika ternyata tidak ada perubahan tentu harus dilakukan endoscopy.
Ada beberapa hal lagi yang bisa dikenali, misalnya faktor umur. Orang yang mulai merasakan sakit maag itu berumur di atas 45 tahun. Misalnya, sewaktu dia berumur 40 tahun tidak apa-apa tapi setelah berumur 50 tahun mulai ada permasalahan dengan maagnya. Jadi dia mendapatkan sakit maagnya di atas usia 45 tahun. Ini memang harus dievaluasi segera. Juga berat badan turun menyebabkan dia sakit maag, misalnya. Kadang-kadang dokter akan menanyakan mengenai berat badannya. Kalau dia memang perhatian terhadap berat badannya dari waktu ke waktu sehingga merasakan dalam sebulan berat badannya turun 5 sampai 10%, maka dia harus dievaluasi segera melalui endoscopy tadi. Bisa juga, mohon maaf, jika sampai buang air besar berwarna hitam berarti maka ada suatu kemungkinan pendarahan di lambungnya. Saat dicek kok dia pucat, kemudian dicek hemoglobinnya juga ada kelainan maka dia harus segera endoscopy. Jadi sebenarnya masyarakat luas bisa mengenali hal-hal ini.
Contoh lain, dia sudah sakit maag selama tahunan dan selama ini hanya ke dokter bolak-balok saja, bahkan kadang-kadang dia obati sendiri karena sudah kenal obat dokter, nah ini yang harus hati-hati karena sudah terpapar dengan macam-macam obat, Dia harus ke dokter minta dilakukan endoscopy.
Apakah ada efeknya kalau dalam jangka panjang terus memakai obat-obatan atau dia menjadi dokter bagi dirinya sendiri, apakah kemudian dia menjadi imun?
Kalau berbicara imun, maka apakah obatnya ada antibiotik atau tidak. Namun kita harus hati-hati bahwa apapun namanya kalau obat dikonsumsi secara terus menerus akan membawa dampak bagi kesehatan kita. Yang jelas adalah antasida dan kelompoknya, saya tidak akan menyebutkan merknya di sini, kalau dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan gangguan pada ginjal. Kalau dikonsumsi tanpa resep dokter, ginjalnya akan rusak.
Begitu juga dengan obat-obat yang lain. Memang tidak akan ada imun di sini tapi akan mengganggu organ-organ kita. Belum lagi obat maag itu dikombinasi dengan obat lain karena dia mempunyai penyakit lain. Jadi ada interaksi obat dan ini suatu hal yang akan mengganggu kesehatan kalau memang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter. Itu yang penting.
Jadi kita memang harus perhatian, jangan sampai kita menjadi dokter bagi diri kita sendiri, betulkah?
Saya sudah sering menyampaikan di berbagai kesempatan bahwa obat-obat toko/warung hanya untuk tiga hari pengunaan. Itu bisa kita baca dilabelnya. Jadi kalau lebih dari tiga hari harus tanya ke dokter, itu yang penting sebenarnya. Kadang-kadang kita beralasan tidak sempat, sibuk, dan segala macam sehingga tidak ke dokter. Namun bila kita mengabaikan hal ini, kita menghadapi suatu penyakit yang lebih lama lagi dan justru kita akan kehilangan lebih banyak waktu.
Memang penyakit maag "tidak membahayakan" untuk jiwanya, tapi akan menyebabkan aktifitasnya sehari-hari terganggu. Misalnya, dia harus menghadapi suatu rapat penting, namun dia tidak bisa ikut rapat akibat sakit maag. Akhirnya dia kehilangan kesempatan. Seharusnya kita selalu mengingat itu. Jangan sampai sakit maag datang pada saat yang tidak tepat yaitu saat kita membutuhkan badan kita dalam keadaan sehat.
Apakah ada atau tidak kebijakan dari pemerintah terkait penyakit ini dalam hal penanggulangannya?
Kalau bicara soal penanggulangan, akhirnya kita bicara soal prioritas. Kalau kita lihat prioritas maka yang menjadi perhatian adalah penyakit-penyakit yang memang mempunyai angka kematian yang tinggi, penularan yang cukup cepat. Itu yang menjadi perhatian pemerintah. Sedangkan penyakit maag yang disebut penyakit masyarakat kurang mendapat perhatian. Tapi justru harus diberi kesempatan untuk disosialisasikan, misalnya, di dalam penyuluhan ada pembahasan sakit maag ini, sehingga pada akhirnya penyelesaiannya adalah masalah pengaturan makan, tingkat stres, konten makanan, tidak mengkonsumsi obat-obatan secara sembarangan atau jamu-jamuan. Itu yang menyebabkan luka sehingga bisa terjadi pendarahan. Saat ini ada upaya merazia jamu-jamu untuk melindungi masyarakat, termasuk juga terapi alternatif yang masih harus diuji secara medis. Di sinilah fungsi pemerintah untuk menertibkan terapi-terapi atau pengobatan yang bukan menolong masyarakat, justru malah merugikan.
Mengenai hasil survei yang kita bicarakan tadi, bagaimana gambaran status sosial dari penderita maag?
Status sosial tidak berpengaruh, siapapun dia dan apapun jabatannya bisa mengalami hal yang sama. Hasil penelitian di Jakarta memang menunjukkan penderita maag pada kelompok umur yang produktif, pada posisi yang memang mencari nafkah baik untuk dirinya maupun keluarganya. Ibu rumah tangga yang bertugas mengelola keuangan keluarga termasuk juga dalam kelompok yang cukup tinggi terkena sakit maag. Artinya, mereka yang produktif, masih aktif melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari.
Saat ini banyak yang bekerja malam, meskipun berada di rumah tapi mengerjakan suatu pekerjaan sampai larut malam. Apakah penyakit lambung ini lebih karena ritme kerja yang tidak normal atau karena asupan makanan, atau karena stres?
Memang bisa karena stres, dan faktor istirahat juga. Kalau dia bekerja sampai larut malam kemudian harus bangun tidur pagi, maka kita bisa hitung dia hanya tidur beberapa jam. Itu stres tersendiri. Idealnya malam itu untuk tidur karena memang pada jam-jam tertentu justru kadar asam lambung naik pada tengah malam, apalagi bila kita beraktifitas maka tambah tinggi lagi. Itu yang harus menjadi perhatian kita. Bahkan kadang-kadang untuk mengatasi rasa kantuk, kita mengkonsumsi kopi. Padahal kopi merupakan salah satu minuman yang meningkatkan asam lambung. Belum lagi ditambah merokok karena merokok salah satu yang perlu dihindari bila kita mempunyai sakit maag.
saya sakit lambung suda 2 minggu,,
ReplyDeleterasa sakittnya di sekitar perut sebela kiri atas dan rasanya nyeri,cenut cenut,panas dan 8 hari ini masi bersendawa,,?
saya mintak tolong bagai mana cara mengatasinya,,?
dan harus bagaimana,,?
saya takut sekali tentang sakit mag karna punya pengalaman almarhum ibu saya juga sakit mag{lambung bocor} dan komplikasi